Peristiwa-Peristiwa di Bulan Muharram

ألحَمْدُ لِلّهِ الذِي جَزَى العَامِلِيْنَ. وأحَبَّ الطَّائِعِيْنَ. وَأبْغَضَ العَاصِيْنَ. أشْهَدُ أنْ لاَ اِلهَ اِلااللهُ. وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمّدٍ الهَادِي اِلَى صرَاطِكَ المُسْتَقِيْمِ. وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ الْقَوِيْمِ. أمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اتَّقُوْاللهَ الّذِي لا اِلهَ سِوَاهُ وَاعْلَمُوا أنَّ اللهَ أمَرَكُمْ بِالطَّاعَةِ والْعِبَادَةِ. وَنَهَاكُمْ بِالظُّلْمِ وَالْمَعْصِيَةِ. فَلا يَكُوْنُ ذلِكَ اِلاَّ لِخُسْرَانِكُمْ وَهَلالِكُمْ. وَلَكِنِّ اللهَ يَرْحَمُكُمْ وَأنْزَلَ نِعَمَهُ عَلَيْكُمْ. فَأَطِيْعُوْهُ وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّئَاتِ. لِأَنَّ اللهَ جَزَى أَعْمَالَكُمْ. أَثَابَكُمْ بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ. وَعَذَّبَكُمْ بِسَيّءِ أَفْعَالِكُمْ.

قَالَ اللَّهُ تَعَالَى :أَعُوْذُبِااللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ ، بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ، فَالَّذِينَ هَاجَرُواْ وَأُخْرِجُواْ مِن دِيَارِهِمْ وَأُوذُواْ فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُواْ وَقُتِلُواْ لأُكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأُدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ ثَوَاباً مِّن عِندِ اللّهِ وَاللّهُ عِندَهُ حُسْنُ الثَّوَاب


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Marilah kita bersama-sama tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanu wa Ta’ala. Bersyukurlah bahwa kita semua masih diberi umur panjang menikmati tahun baru Islam. Tak terasa tahun telah berganti, umur telah bertambah, sudahkah semua itu kita sertai dengan tambahnya iman dan taqwa? Bukankah Allah telah menambahkan umur dalam hidup kita? Mengapa kita tidak menambah keta’atan kepadanya?

Jama’ah Jum’ah yang berbahagia,

Ingatkah kita pada suatu hari di Empat Belas Abad yang lalu ketika Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam melakukan perjalanan berat dari Makkah menuju Madinah. Di atas punggung onta, mendaki gunung berbatu, menuruni lembah dipanggang di bawah ganasnya terik matahari padang pasir. Medan yang berat menjadi tambah berat ketika harus menghindar kejaran kaum kafir Quraisy. Berjalan dengan penuh kewaspadaan dan kehati-hatian. Hanya dengan niat dan keyakinan yang teguhlah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam berhasil akhirnya sampai pula di kota Madinah Al Munawaroh. Madinah menjadi pelabuhan dakwah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam yang menghantarkan kejayaan Islam. Dari Madinah-lah Islam melebarkan sayapnya hingga ke pelosok penjuru bumi. Ke Asia menembus lautan, mengarungi benua dan menaklukkan alam. Semua itu Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam lakukan demi syiar Islam, hingga kita manusia Nusantara di Indonesia dapat menikmati manisnya iman kepad-Nya. Itulah salah satu hikmah hijrahnya Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Begitu agungnya hikmah di balik hijrah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam, sehingga sahabat Umar bin Khattab Rodhiyallohu ‘Anhu. bersamabersepakat dengan para sahabat me’monumen’kan hijirah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dalam bentuk penanggalan dalam Islam.

Jama’ah yang dimulikan Allah,

Marilah kita bersama-sama berhijrah, berpindah dan berusaha berubah menuju kebaikan, atau menuju yang lebih baik.. Karena sesungguhnya umur kita semakin menipis, jatah umur kita semakin menyempit. Alangkah baiknya jika kita segera melangkah meninggalkan segala yang buruk dan menggantinya dengan hal yang lebih bermakna. Sudahkah kita memenuhi tabungan amal kita dengan amal yang shaleh. Padahal umur kita semakin hari semakin berkurang. Seperti yang termaktub dalam hadits:

طوبى لمن طال عمره وحسن عمله (رواه الطبرانى عن عبدالله بن يسر(

Yang artinya: Sungguh berbahagia bagi orang yang panjang usianya dan baik amal perbuatannya (HR. Thabrani)

Memang dalam sejarah tercatat bahwa secara fisik Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam hanya sekali melaksanakan hijrah. Akan tetapi hijrah itu harus kita maknai secara dinamis. Bahwa pergerakan dan perubahan tidak cukup dilaksanakan sekali seumur hidup. Jikalau dalam taraf tertentu kita telah merasa sudah baik, maka hendaklah terus berubah menuju ke yang lebih baik. Dan begitulah seterusnya.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Bulan Muharram dalam tradisi Islam memiliki makna yang dalam dan sejarah yang panjang. Diantara kelebihan bulam Muharram terletak pada hari ‘Asyura’ atau hari kesepuluh pada bulan Muharram. Karena pada hari ‘Asyura’ itulah (seperti yang termaktub dalam I’anatut Thalibin) Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk pertama kali menciptakan dunia, dan pada hari yang sama pula Allah akan mengakhiri kehidupan di dunia (yakni Kiamat). Pada hari ‘Asyura’ pula Allah menciptakan Lauh Mahfudh dan Qalam, menurunkan hujan untuk pertama kalinya, menurunkan rahmat di atas bumi. Dan pada hari ‘Asyura’ itu Allah mengangkat Nabi Isa ‘Alaihis Salam ke atas langit. Dan pada hari ‘Asyura’ itulah Nabi Nuh ‘Alaihis Salam turun dari kapal setelah berlayar karena banjir bandang. Sesampainya di daratan Nabi Nuh ‘Alaihis Salam bertanya kepada pada umatnya “Masihkah ada bekal pelayaran yang tersisa untuk dimakan?”, kemudian mereka menjawab, “Masih ya Nabi”. Kemudian Nabi Nuh memerintahkan untuk mengaduk sisa-sisa makanan itu menjadi adonan bubur, dan disedekahkan ke semua orang. Karena itulah kita mengenal bubur Suro. Yaitu bubur yang dibikin untuk menghormati hari ‘Asyuro’ yang diterjemahkan dalam bahasa kita menjadi bubur untuk selametan.

Bubur Suro merupakan pengejawentahan rasa syukur manusia atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun dibalik itu bubur Suro (jawa) selain simbol dari keselamatan juga pengabadian atas kemenangan Nabi Musa ‘Alaihis Salam dan hancurnya bala tentara Fir’aun. Oleh karena itu, barang siapa berpuasa di hari ‘Asyura’ seperti berpuasa selama satu tahun penuh, karena puasa di hari ‘Asyura’ seperti puasanya para Nabi. Intinya hari ‘Asyura’ adalah hari istimewa. Banyak keistimewaan yang diberikan oleh Allah pada hari ini diantaranya adalah pelipatgandaan pahala bagi yang melaksanakan ibadah pada hari itu. Hari ini adalah hari kasih sayang, dianjurkan oleh semua muslim untuk melaksanakan kebaikan, menambah pundi-pundi pahala dengan bersilaturrahim, beribadah, dan banyak sedekah terutama bersedekah kepada anak yatim-piatu.

Hadirin Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Bubur Suro, baik yang dituangkan oleh Nabi Nuh ‘Alaihis Salam maupun yang dimasak oleh para nenek dan ibu kita, bukanlah satu-satunya bentuk sedekah yang harus kita laksanakan pada bulan ini. Bubur itu hanyalah perlambang bahwa bulan Muharram, awal tahun baru Hijrah merupakan momentum untuk memperkokoh persaudaraan. Karena sejatinya bubur Suro yang telah dimasak tak mungkin disembunyikan, pastilah untuk dihidangkan. Ada baiknya hidangan itu kita bagikan kepada tetangga dan sanak keluarga. Sebagai tanda syukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Nikmat umur terutama. Jika demikian logikanya, maka bubur itu bisa diganti dengan parcel berisi buah-buahan, atau serantang maknan, atau beberapa tusuk sate maupun iga bakar. Karena subtansinya adalah bersilaturrahmi membagi rasa sukur kepada sesama. Bukan bersilaturrahmi melalui pesan singkat yang dikirim dengan menebus pulsa. Bukan itu…!

Akhirnya, saya ucapkan selamat tahun baru, semoga hari ini lebih baik dari hari kemaren, dan pastikanlah esok lebih baik dari hari ini…Amin…


بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


By: Ustadz Ali Mas'ud